Suku Dayak adalah salah satu komunitas asli di Pulau Kalimantan. Mereka masih tinggal di sana dengan begitu banyak budaya bahari di sekitarnya. Kemudian, Dayak sendiri memiliki arti yang berkaitan dengan sebagian besar sungai di pulau ini.
Di sisi lain, nama Dayak berasal dari kata “Power” yang berarti hulu. Biasanya untuk menyebut orang-orang yang tinggal di Kalimantan Barat dan Tepi.
Kemudian, nama itu sendiri diberikan oleh orang Melayu yang datang ke Kalimantan. Kemudian, Dayak adalah bangsa Proto Malaya dan salah satu suku tertua di Indonesia. Apalagi suku Dayak mendominasi pulau ini.
Di sisi lain, seperti halnya suku-suku lainnya, Dayak juga memiliki sejarah, budaya dan adat istiadat. Persisnya tidak sama dengan yang lain. Kebudayaan Dayak merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil.
Kemudian, semuanya dimasukkan dalam konteks yang dianut oleh masyarakat untuk hidup dalam masyarakat Dayak. Artinya, adat dan budaya sudah mengakar dalam kehidupan sehari-hari suku Dayak. Namun proses tersebut bukan dari adanya warisan hayati yang berkembang, melainkan melalui proses pembelajaran yang diturunkan.
- Selain itu, budaya Dayak mengandung beberapa bentuk. Seperti :
- Wujud kebudayaan sebagai seperangkat gagasan, nilai, norma, aturan, dan peraturan.
- Sistem sosial.
- Budaya fisik.
Sejarah
Sekitar tahun 3000-1500 M, ketika Asia dan Kalimantan masih bersatu, terjadi perpindahan penduduk dari Yunnan secara besar-besaran. Kemudian, orang Tionghoa dari Yunnan masuk ke Kalimantan pada masa Dinasti Ming antara tahun 1368-1943.
Tujuan utama migrasi adalah perdagangan. Dalam segala hal, orang Tionghoa memperdagangkan barang-barang seperti sutra, candu, bahkan barang pecah belah seperti cangkir, mangkuk, piring dan keramik lainnya.
Di sisi lain, seiring dengan masuknya orang Tionghoa di daratan, ada dua golongan yang masuk belakangan. Yaitu negroid dan Weddid yang populer sebagai orang Melayu. Kemudian, kedua kelompok tersebut akhirnya hidup berdampingan dan menetap di Kalimantan. Dari hanya datang untuk berdagang, itu terjadi dengan beberapa terlibat melalui pernikahan.
Anak-anak dari perkawinan dua kelompok tersebut akhirnya menjadi orang Dayak. Dengan demikian pertunangan antara dua budaya, wajah anak-anak mereka terlihat sangat oriental. Mereka mirip seperti anak-anak Cina yang bermata sipit dan berkulit putih.
Kemudian, pertunangan terus terjadi. Baik pria dan wanita Dayak menikah dengan sesama penduduk setempat dan menciptakan suku Dayak murni. Serta menikah dengan keturunan Tionghoa yang menetap di daerah tersebut.
Hasil percampuran itu akhirnya menyebar ke hampir seluruh wilayah di Kalimantan. Itu sebabnya, kombinasi tersebut membuat gadis Dayak terlihat lebih cantik daripada gadis Tionghoa yang sebenarnya. Mereka terlihat lebih eksotis.
Kerajaan
Pada zaman dahulu, suku Dayak juga membentuk satu kerajaan. Itu disebut “Nansarunai Usak Jawa” atau populer sebagai kerajaan Dayak Nansarunai. Namun, kerajaan tersebut hancur karena ekspansi kerajaan Majapahit. Sementara itu, ekspansi Majapahit juga menyebarkan agama Islam di suku Dayak. Suku Dayak saat itu masih menganut paham animisme dan dinamisme.
Kemudian, sebagian besar masyarakat Dayak langsung memeluk Islam sebagai salah satu Agama Indonesia, dan tidak lagi mengakui dirinya sebagai Dayak. Karena begitu kuatnya dunia mistik orang Dayak sehingga kontras dengan sastra Islam. Oleh karena itu, Muslim Dayak menyebut diri mereka sebagai Melayu atau Banjar.
Jenis Suku Dayak
Suku Dayak terbagi menjadi dua kelompok. Ada Dayak Muslim dan Dayak non Muslim. Kemudian, ada beberapa suku Dayak Muslim, seperti Dayak Sampit, Dayak Paser, Dayak Bidayuh, Dayak Melanau, Dayak Sintang, Dayak Embalong, dan lainnya. Sedangkan Dayak non Muslim seperti Dayak Abai, Dayak Bakati, Dayak Bidayuh, Dayak Kenyah, Dayak Mayau, Dayak Mualang dan lain-lain hingga tiga ratus sub suku. Namun, di sini kami memberikan fakta tentang suku dayak paling primitif yang disebut Dayak Punan.
Dayak Punan
Di antara sub suku Dayak, Dayak Punan merupakan suku yang paling primitif dibandingkan suku lainnya. Dayak Punan tersebar di sekitar Sabah dan Sarawak, Malaysia Timur yang merupakan bagian dari pulau Kalimantan. Jumlah penduduknya mencapai 8.956 jiwa yang tersebar di 77 permukiman.
Di sisi lain, suku tersebut bahkan masih belum berubah dan mematuhi adat nenek moyang mereka. Suku merupakan salah satu suku yang sulit berkomunikasi dengan masyarakat umum. Apalagi kebanyakan dari mereka tinggal di hutan lebat atau di dalam gua. Itu sebabnya, mereka masih hidup dengan cara yang konservatif.
Adat Istiadat
Adat istiadat merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Kemudian, ada beberapa adat Dayak yang masih dilestarikan hingga sekarang. Seperti:
- Upacara Tiwah: Upacara Tiwah merupakan salah satu acara sakral suku Dayak. Ia mengantarkan tulang belulang corp ke Sandung. Kemudian, Sandung adalah semacam rumah kecil untuk menyimpan orang yang meninggal.
- Kekuatan Gaib: Ada beberapa kekuatan gaib. Salah satunya adalah Manajah Antang. Digunakan untuk mencari keberadaan musuh yang sulit ditemukan. Dimanapun musuh dalam pencarian akan ditemukan.
- Mangkok Merah: Simbol persatuan Dayak. Pasokannya ketika mereka merasa kedaulatan mereka dalam bahaya. Kemudian, Dayak Pangkalima, memberi sinyal untuk memperingatkan masyarakat yang menggunakan Mangkok Merah ke semua desa.
- Tradisi Pemakaman: Gong dibunyikan sebagai tanda seseorang telah meninggal. Kemudian, tepat pada tengah malam, korps ditempatkan di Rarung, peti kayu beserta bunyi gong. Ada beberapa tokoh yang memimpin proses tersebut seperti Wadian, Pasambe, Damang, dan keluarga. Masing-masing punya tugasnya. Pasambe menyiapkan segala kebutuhan dan perbekalan untuk korps dan Wadian memberikan bimbingan untuk korps serta makanannya.
- Upacara Tanam Padi: Upacara ini merupakan simbol pemujaan. Mereka berdoa agar semua ladang yang ditanami dapat memperoleh hasil panen yang melimpah.
- Upacara Syukuran: Biasanya diadakan setelah musim panen tiba. Masyarakat Dayak akan melakukan perayaan sesuai dengan upacara adat Erau dan diadakan setahun sekali.
Bahasa
Bahasa Dayak sering digunakan oleh suku Dayak asli. Ini terdiri dari tujuh kelompok bahasa. Di sisi lain, pengguna bahasa Dayak tersebar di Kalimantan, Malaysia, dan beberapa bagian Filipina. Tujuh kelompok bahasa tersebut seperti Dayak Darat, Kalimantan Utara, Sulawesi, Barito Timur dan Barat, serta Kalimantan Timur dan Melayu Barat.
Seni
Bentuk-bentuk kesenian Dayak tidak lepas dari sejarah sosiologis. Berawal dari masyarakat primitif yang menganut Animisme-Dinamisme. Kemudian berkembang bercampur dengan kesenian Jawa dan Cina.
1. Lukisan
senjata tradisional budaya indonesia dapat dilihat pada pahatan yang didominasi motif hias lokal. Kemudian, ciri-ciri alam dan roh para dewa terhampar di atasnya. Serta kegunaan untuk upacara adat.
Ada berbagai patung dengan berbagai fungsi. Di sisi lain, lukisan Dayak juga diaplikasikan pada tubuh manusia. Tato Dayak menjadi sangat terkenal. Tatto bagi sebagian masyarakat Dayak tidak bisa dipisahkan dari kehidupan mereka.
Sesuatu yang sakral terkait dengan beberapa tujuan dan menjadi budaya. Selain itu, setiap suku Dayak memiliki pola tato yang berbeda-beda. Sedangkan bentuk dan gambar tato umumnya diambil dari alam. Seperti burung Enggang yang melambangkan akhir dunia, katak yang melambangkan alam baka, motif alam lainnya dari bunga, daun dan lainnya.
2. Senjata
senjata tradisional budaya indonesia Ada senjata utama yang sering digunakan oleh suku Dayak. Namanya Mandau. Mandau memiliki nama asli “Ambang Birang Bitang Pono Ajun Kajau”. Bentuknya panjang dan biasanya memiliki kerajinan baik dari tatahan maupun kerajinan biasa.
Kemudian, Mandau terbuat dari basal, kemudian diukir dan diukir dengan emas, perak, dan tembaga.
Apalagi memiliki nilai religi yang sangat diperhatikan oleh masyarakat Dayak. Di sisi lain, proses pembuatan Mandau sering menggunakan Batuan. Seperti Sanaman Mantikei, Tengger, Mujat, dan Montalat.
Di sisi lain, meskipun tidak ada bahaya atau perang, pria Dayak biasanya membawa Mandau sebagai tindakan pencegahan. Namun, ada aturan untuk menggunakan Mandau. Mandau tidak bisa keluar dari sampulnya secara acak. Diyakini jika Mandau keluar secara acak, akan ada orang yang meninggal.
Kemudian, ada beberapa senjata dari suku Dayak. Seperti:
- Sipet/Sumpitan.
- Lonjo / Tombak.
- Telawang/Perisai.
- Dohong/Keris.
3. Tarian
Gantar
Gerakan itu melambangkan menanam padi. Sering digunakan untuk menyambut tamu.
Kancet Papatai
Bercerita tentang seorang pahlawan Dayak Kenyah yang berperang melawan musuh.
Kancet Ledo
Tarian menggambarkan kelembutan seorang gadis.
Kancet Lasan
Menggambarkan kehidupan sehari-hari orang Dayak.
Leleng
Tarian ini menceritakan seorang gadis bernama Utan Along yang dinikahkan secara paksa oleh orang tuanya dengan seorang pemuda yang tidak mencintainya.
Hudoq
Menggunakan topeng kayu yang menyerupai binatang buas.
Serumpai
Tari yang diiringi alat musik suling bambu yang disebut Serumpai.
Kuyang
Menari untuk mengusir hantu agar tidak mengganggu orang.
Ngerangkau
Tari melambangkan kematian.
4. Musik
- Garantung: Gong yang dipercaya untuk berkomunikasi dengan leluhur.
- Gandang: Sering digunakan untuk upacara penyambutan tamu.
- Katambung: Tabuh yang dimainkan dalam upacara sakral.
- Kecapi: Alat musik petik yang terbuat dari kayu ringan.
Budaya Suku Dayak merupakan salah satu kekayaan budaya nasional. Hal tersebut telah diwariskan oleh nenek moyang suku Dayak yang terbentuk antara kepribadian dan watak yang dipertahankan hingga saat ini.
Facebook Comments