Suami Pinkan Mampo, ayah tiri dari Michelle Ashley telah melakukan pelecehan seksual terhadap anak tirinya bernama Michelle Ashley selama tiga tahun mulai tahun 2018 hingga 2021.
Peristiwa pelecehan seksual yang dilakukan Suami Pinkan Mampo tersebut dilakukan terhadap Michelle Ashley anak tirinya sejak Michelle Ashley berusia masih 12 atau 13 tahun.
Dampak dari peristiwa bejat ayah tiri tersebut kini Michelle Ashley mengalami trauma berat. Michelle Ashley kini telah kabur dari rumah ibunya Pinkan Mambo menuju rumah ayah kandungnya di Bali.
Kenapa Michelle Ashley kabur dari rumah Pinkan Mambo, karena merasa tidak ada perlindungan dari ibu kandungnya sendiri setelah peristiwa pelecehan yang dialaminya tersebut diceritakan kepada ibunya.
Kronologis pelecehan seksual yang dialami Michelle Ashley selama tiga tahun tersebut terungkap atau diperoleh dari tangkapan layer yootube Nadia Alaydrus dan dikutif dari beberapa media.
Menurut Michelle, kejadian mengerikan itu berawal setelah dia selesai mandi dan hanya mengenakan handuk. Tanpa curiga, dia berjalan menuju kamar ibunya yang letak lemari pakaian miliknya berada.
Saat itu, Michelle percaya bahwa hanya dia dan saudara-saudaranya yang berada di rumah. Namun, ketika dia masuk ke kamar ibunya dan membuka lemari, ayah tirinya, suami kedua dari Pinkan Mampo, tiba-tiba muncul di hadapannya.
Michelle merasa panik dan terperangkap saat tindak pelecehan seksual itu menimpanya. Meskipun masih berusia 12 tahun, dia tak mampu berbuat banyak selain hanya diam saat kejadian tak senonoh tersebut terjadi.
Setelah mengalami pelecehan seksual tersebut, Michelle mencoba berbicara kepada ibunya untuk menceritakan peristiwa yang telah menimpanya. Namun, reaksi ibunya tak seperti yang diharapkan.
Dalam kesedihan dan kesalahpahaman yang mendalam, ibu Michelle justru tertawa menanggapi curahan hati putrinya tentang pelecehan seksual tersebut.
Pinkan Mampo malah menyalahkan putrinya tirinya Michele Asheley, karena tidak bisa menjaga diri
Michelle merasa sangat terluka oleh reaksi sang ibu yang tidak dapat melindunginya di dalam rumah sendiri. Alih-alih memberikan dukungan, sang ibu malah menyalahkan Michelle karena tidak mengunci kamar saat kejadian terjadi.
Peristiwa tersebut ternyata berulang beberapa kali karena Michelle merasa sendirian dan tidak mendapat perlindungan dari pihak keluarganya.
Ia merasa sangat terluka karena sang ibu tidak mendukung dan justru menyalahkan dirinya atas peristiwa yang terjadi. Ketidakmampuan untuk melindungi diri membuatnya merasa terjebak dan tak berdaya.
Michelle Ashley merasa perlu berbicara tentang pengalaman pahitnya agar kejadian serupa tidak terulang pada dirinya atau orang lain.
Dia berharap melalui ceritanya, kesadaran tentang perlindungan anak-anak dapat meningkat dan pelecehan seksual di lingkungan keluarga tidak lagi diabaikan.
Peristiwa tragis ini juga menunjukkan betapa pentingnya pendampingan dan dukungan keluarga terhadap korban pelecehan seksual.
Harapan Michelle adalah agar para korban mendapatkan dukungan dan keberanian untuk mengungkapkan pengalaman mereka serta mendapatkan keadilan yang pantas.
Dalam dunia hiburan yang glamor, cerita Michelle Ashley mengingatkan kita bahwa masalah sosial seperti pelecehan seksual tidak mengenal batas dan bisa terjadi di mana saja, bahkan di lingkungan keluarga selebriti sekalipun.
Semoga melalui pengungkapan kisahnya, kesadaran masyarakat tentang pentingnya melindungi dan mendukung anak-anak dari segala bentuk pelecehan seksual semakin meningkat, demikian [Red].
