Hidup itu harus apa adanya, sesuaikan dengan gaya dan selera itu dengan kemampuan yang ada pada kita. Bahagia itu bukan di mata orang lain supaya terlihat ada, supaya terlihat kita mampu.
Bahagia itu ada dihat, Sukur dan sabar dengan yang ada. Harta itu bukan jaminan kebahagiaan di dunia, apa lagi di akhirat.
Harta itu cuma untuk kesenangan, bukan untuk kebahagian. Kalau kebahagiaan itu Allah letakan di harta, maka di dunia ini yang bisa bahagia cuma orang kaya saja.
Kalau Allah letakan kebahagiaan itu di rumah mewah, atau di mobil mewah, maka yang bisa Bahagia itu pejabat dan pengusaha saja.
Allah letakan kebahagiaan di hati, dihati orang yang dipenuhi rasa sukur dan sabar kepada setiap ketetapannya.
Ingat ya, Allah tidak pernah melarang hambanya banyak harta dan kaya raya, karena banyak nabi Allah juga kaya dan seorang raja. Tapi kekayaan dan tahta mereka justru membuat mereka lebih dekat dan taat kepada Allah.
Guru Sutarmaji pernah mengatakan, dengan hart akita bisa membangun rumah sakit, tapi tidak akan pernah bisa membeli Kesehatan. Dengan hart akita bisa membangun madrasyah dan masjid, tapi tidak bisa membeli ilmu dan iman.
Dengan hart akita bisa membelijam tangan yang mahal, tapi tidak akan pernah bisa membeli waktu. Dengan harta juga kita bisa membayar pengawal, tapi tidak bisa membeli keselamatan.
Dan dengan hart akita, kitab isa membeli kesenangan, tapi bukan kebahagiaan. Maka Bertaubatlah kalian, karena tangisan para pendosa lebih dicintai Allah, daripada sombongnya ahli ibadah.
[*to-65].
