SAMPIT – || kalteng.indeksnews.com – Eddy Mashamy, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) periode 2024-2029 menyebut hati-hati kelola lahan gambut.
Kalau tidak ekstra berhati-hati dalam penanganan dan pengelolaan lahan gambut ini kata Eddy Mashamy bisa berisiko tinggi, terhadap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) terlebih di musim kemarau.
Mantan Camat Pulau Hanaut ini mengingatkan kepada masyarakat khususnya di daerah selatan yang memiliki kawasan gambut terbesar di Kabupaten Kotawaringin Timur jika dibandingkan dengan wilayah Utara Kotim.
Menurut Eddy Mashamy, Legislator dari Partai Amat Nasional (PAN) daerah pemilihan (dapil) 5 ini, selaku pemerhati wilayah yang memiliki kawasan gambut terbesar di Kotim khususnya di daerah Selatan yang sangat besar kawasan gambut yang ada disana.
Ia ingin mengajak masyarakat bersama-sama untuk memperhatikan tentang tata cara penanganan dan pengelolaan lahan gambut yang baik dan benar.
“Apabila kita salah dalam penanganan dan pengelolaan lahan gambut akan berdampak atau berefek sangat patal di kehidupan kita sebagai masyarakat yang bermukim di terdekat dengan wilayah gambut di situ,” ujarnya Jumat 30 Agustus 2024.
“Kita berharap bahwa lahan gambut ini memberikan manfaat kepada kita untuk kesejahteraan peningkatan ekonomi pemberdayaan masyarakat dan lain-lain dalam sektor penunjang ekonomi kemasyarakatan,” katanya.
“Akibatnya bisa menjadi penghalang atau bencana bagi masyarakat sendiri apabila salah penanganan dan pengelolaan-nya,” jelasnya.
“Lahan gambut memang sangat sensitif kalau dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya, misalnya seperti lahan datar, pegunungan/perbukitan, penanganannya cukup sulit, makanya sebelum terjadi,” jelasnya.
Lanjutnya, masalah yang cukup krusial dalam pembakaran lahan, dalam pembakaran lahan itu untuk mengantisipasinya sebelum terjadi harus waspada di dalam pengelolaannya maupun hal-hal yang faktor-faktor lain yang bisa menyebabkan lahan gambut itu terbakar.
“Jadi kalau membuka lahan, mengelola lahannya, harus sangat ekstra hati-hati dalam penanganan-nya, terlebih pada musim kemarau sifatnya sama seperti kasur, kalau sempat terjadi kebakaran penanganan-nya sangat sulit,” imbuhnya.
Ia menambahkan sifat kebakaran pada lahan gambut ini tidak lagi bersifat kebakaran di permukaan yang dikenal dengan istilah Fase fire, tapi sudah bersifat kebakaran di dalam atau dengan istilah ground fire itu yang sangat sulit.
Kalau dalam penanganannya secara kasat mata kita semprot, kita siram dengan air itu padam, tetapi pada eksistem faktualnya itu belum padam, secara kasat matanya padam ternyata tidak padam.
“Itu sipatnya kalau sudah terjadi masalah pada lahan gambut akan menjadi penanganannya cukup serius. Untuk itu kita bersama-sama mengajak masyarakat agar berhati-hati di dalam penanganan dan pengelolaan lahan gambut,” ungkapnya.
“Supaya lebih bijak dan arif dalam penanganan-nya, mudah-mudahan semua masyarakat supaya bisa mengedukasi tentang penanganan dan pengelolaan lahan gambut ini,” demikian pungkasnya. (*to).