Partai Masyumi Menjawab Kerinduan Politik Islam Dalam Alam Demokrasi

- Advertisement -
Partai Masyumi akan menjawab kerinduan Politik Islam dalam alam demokrasi, menjelang menghadapi Pemilu 2024 nanti.

Partai lama maupun partai baru sudah mulai  menata diri dengan segala kesiapanya, terutama partai baru harus melalui proses verifikasi dulu di Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia untuk mendapat ijin  bisa ikut kontestasi 2024 nantinya.

Hal ini disampaikan Muhammad Gumarang, selaku Pengamat Sosial Politik Asal Kalteng  kepada media ini,  Jum’at  (11/06/21).

BACA JUGA : M. Gumarang: Pasca Putusan PTUN Palangka Raya, Kembalikan Jabatan Atau Banding

Diantara dari sederet partai baru yang kita lihat adalah Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (MASYUMI) yaitu partai baru wajah lama, karena pada pemilu Indonesia pertama tahun 1955 yang terkenal dengan paling demokratis dalam sejarah pemilu di Indonesia.

Bahkan diakui oleh dunia, dimana Partai Masyumi pada waktu itu sebagai pemenang kedua, namun menguasai parlemen dan pemerintahan (Kabinet) bersama koalisinya, mengalahkan PNI sebagai pemenang ke satu beserta teman koalisinya PKI  dan  partai lainya. Sehingga parlemen dan pemerintahan dikuasai Partai Masyumi beserta koalisinya.

Rencana politik besar Soerkarno yang dikenal  dengan cita-cita menyatukan tiga kekuatan politik yang berbasis Nasional, Agama, Komonis  (NASAKOM) tidak tercapai.

BACA JUGA : Munas Kadin Akan Hindari Budaya Intervensi Politik

Malahan kemenangan diraih Partai Masyumi didukung oleh partai Islam lainnya menguasai parlemen maupun di pemerintahan (kabinet) pada masa itu.

Tak berselang lama  Partai Masyumi dibubarkan oleh Presiden Soekarno yang dikenal dengan Dekrit presiden 5 juli 1959, dengan alasan orang Masyumi didaerah ada terlibat pemberontakan, namun alasan itu dinilai Masyumi tidak obyektif lebih benuansa kental politis.

Kemudian Pemerintahan Soekarno mulai semakin jatuh setelah adanya pembrontakan Gerakan 30 September 1965 dan keluarnya surat perintah 11 maret 1966 atau dikenal dengan Supersemar, mulai saat itulah peralihan kekuasaan orde lama Soekarno ke orde baru Soeharto.

BACA JUGA : Kadin Kalteng dan Dekranasda Siap Jalin Kerjasama Memajukan UMKM

Sehingga pada tahun 1967,  resmi pemerintahan diambil alih oleh Presiden Soeharto yang dikenal dengan pemerintahan orde baru berdasarkan TAP MPRS tahun 1967.

Kemunculan Soeharto nampaknya tidak terbaca oleh Soekarno sebelumnya,  karena tak menonjol di panggung  meliter maupun dipanggung politik  hampir tak ada terlihat.

Sehingga tak masuk perhitungan, namun menurut pendapat saya adalah politik mengelola momentum yang membuat Soeharto sukses menjadi penguasa orde baru.

BACA JUGA : Pegiat UMKM Mengalami Hambatan Dalam Membuat Konten Produk

Pada masa pemerintahan Soeharto atau yang dikenal dengan orde baru itu melakukan pemilu pertamanya pada tahun 1971 dengan diikuti oleh 9 partai ditambah 1 dari Golongan Karya (ormas).

Dari 10 peserta pemilu diantaranya tidak ada Partai Masyumi sebagai partai besar Islam sebagai pemenang kedua dalam pemilu 1955.

Ketidak tampilan partai Masyumi dalam pemilu orde baru pertama 1971,  menjadi pertanyaan apakah karena partai Masyumi sudah dibubarkan oleh pemerintah orde lama dan tak ada upaya untuk dihidupkan lagi oleh tokoh-tokoh  Partai Masyumi pada jaman orde baru?

BACA JUGA : DPRD Katingan Gelar Paripurna Penandatanganan Nota Kesepakatan Rancangan Awal Perubahan RJMD 2018-2023

Menurut pendapat saya bahwa Partai Masyumi adalah kekuatan politik yang paling ditakuti juga oleh orde baru karena nantinya bisa menjadi ganjalan bagi pemerintahan orde baru.

Lanjut Gumarang, sehingga partai Masyumi masuk dalam skanario yang harus dibiarkan dalam sangkar buatan orde lama, karena Soeharto sudah belajar dari pengalaman pemerintahan orde lama.

Namun Soeharto lebih halus membangun kekuatan politik, walaupun seperti serupa tak sama dengan orde lama, yang berkaitan dengan menyatukan tiga kekuatan besar tersebut ternyata Soehato lebih berhasil dari Soekarno (Nasakom).

Dalam menerapkannya berkuasa selama 32 tahun, melalui apa yang kita kenal istilah tiga adalah satu atau satu adalah tiga yaitu Golkar, PPP, PDI yang merupakan mesin politik orde baru.

Kemunculan Partai Masyumi untuk mengikuti pemilu 2024 nanti,  seakan menjawab  kerinduan bagi kaum muslimin dalam membangun demokrasi dan kekuatan politik yang pernah mengukir sejarah keemasan pada masa lalu, sekarang hadir lagi ditengah masyarakat, kehadirannya bagaikan seorang satria yang lama tak tampil dalam dunia persilatan kini terpaksa harus turun gunung.

[Misnato]

BACA JUGA : Anis Matta: Bikin Partai Bukan Hanya Lolos ke Senayan, Targetnya Menjadikan Indonesia 5 Besar Dunia

- Advertisement -
Iklan
- Advertisement -
- Advertisement -
Related News