spot_img

Waspada! Sindikat Pinjaman Online Ilegal Makin Meresahkan

- Advertisement -
Maraknya sindikat pinjaman online ilegal akhir-akhir ini seolah tak terkendali, bahkan sindikat ini muncul ‘bak patah tumbuh hilang berganti’, mati satu tumbuh seribu.

Sindikat pinjaman online ilegal sengaja menjerumuskan seseorang dalam perilaku “gali lobang tutup lobang”, terutama ketika mengajukan pinjaman.

Direktur Eksekutif Asosiasi Fintech Pembayaran Bersama Indonesia (AFPI), Kuseryansah mengungkapkan, modus yang kerap dilakukan oleh pinjaman online ilegal ini adalah dengan mengelabui peminjamnya dengan iming-iming hadiah ketika sudah mengajukan peminjaman dana.

Padahal menurut Kuseryansah, hadiah tersebut merupakan dana pinjaman baru yang harus dilunasi dalam jangka waktu tertentu. Jika tidak, pinjaman tersebut akan terus berbunga.

“Masyarakat harus waspada dengan sindikat ini, sebab tidak ada cerita happy ending akibat pinjol ilegal,” ujar Kusersyansah saat menjadi narasumber dalam diskusi daring Katadata, dengan tema “Awas Bahaya Gali Lubang Tutup Lubang Pinjol”, Selasa (14/9/2021).

Dia meminta masyarakat waspada akan jeratan pinjol ilegal. Menurut dia ada sejumlah perbedaan antara perusahaan pinjol legal dan pinjol ilegal, di antaranya pinjol legal mencantumkan informasi susunan mengenai perusahaannya, seperti alamat kantor, nama direksi dan komisaris.

Selain itu, pinjaman online legal akan menyeleksi calon peminjamnya, dengan memerhatikan kemampuan membayar. Jika tidak memenuhi syarat, pinjaman tidak akan disetujui. Pinjol legal juga dilarang mengakses data pribadi peminjam.

Menurut Kuseryansah ini perbedaan mencolok antara pinjol legal dan pinjol ilegal. Melalui akses data pribadi tersebut, pinjol ilegal bisa meneror si peminjam serta rekan-rekannya, jika terlambat membayar.

Sementara itu dalam webinar yang sama, anggota Jaringan Pegiat Literasi Digital, Japelidi, Yanti Dwi Astuti, M.A mengatakan, masih tingginya kasus utang pinjaman online, menunjukkan kecakapan digital masyarakat belum baik. Menurut dia, saat ini pengguna internet di Indonesia mencapai 125,6% dari total populasi, namun hal tersebut tidak diiringi dengan meningkatnya literasi digital.

BACA JUGA   Sidang Lanjutan Kasus Narkoba Mawar, PH Hadirkan 5 Saksi Meringankan

Ini kemudian yang membuat tidak sedikit kasus masyarakat yang terjerat utang para sindikat pinjaman online. Ia mengutip data Kementerian Kominfo, menyatakan sejak Januari hingga 18 Juni 2021 ada 447 kasus terkait pinjol ilegal.

“Masyarakat mendapatkan Informasi pinjaman tersebut dari berbagai platfom digital, seperti website, aplikasi, media sosial dan file sharing,” ujar Yanti.

Ia mengimbau masyarakat tidak tergiur dengan kemudahan yang diberikan oleh pinjol, terlebih pinjol ilegal. Namun jika ingin meminjam dana dari pinjol, Yanti menyarankan agar memberikan tanda atau watermark pada foto data pribadi yang diberikan, untuk memudahkan pelacakan jika terjadi penyalahgunaan di kemudian hari.

Dari sisi perencanaan keuangan, pinjaman online dinilai bukan solusi jika sedang membutuhkan dana segar. Perencana keuangan, Mike Rini mengatakan, sekalipun dalam kondisi terdesak, berutang jangan dijadikan pilihan untuk memenuhi kebutuhan.

Dalam hal ini ia menekankan pentingnya asuransi atau investasi di waktu-waktu sebelumnya, agar dapat digunakan dalam kondisi terdesak. “Selain asuransi, kita juga harus punya dana darurat yang disisihkan setiap bulan dari gaji atau pendapatan lainnya,” ujar Mike.

Facebook Comments

- Advertisement -
Iklan
- Advertisement -
- Advertisement -
Related News