KALTENG – Rumah Betang itu ada untuk mempersatukan masyarakat Dayak, bukan untuk memisahkan sebagaimana yang dikatakan salah satu tokoh Dayak bernama SYAER Sua, Jum’at (19/03/21) kepada media ini.
Karena Betang itu adalah rumah adat dan tempat bermusyawarah,”Betang di Tumbang Manggu itu bernama Betang Syaer Sua Bintang Patentu,” katanya.
“Bintang Patentu artinya Bintang Pedoman yang dipakai orang tua jaman dahulu, dan Betang tempat bermusyawarah serta tempat memutuskan segala urusan dan lain-lain,” ujarnya.
Baca Juga: Pengamat Hukum Dukung KPK, Tindak Lanjuti Kasus Dugaan Korupsi Bupati Kotim 5,8 T
Lanjutnya, di Betang Pa Syaer Sua banyak kata-kata indah yang tertulis dan terpajang di dinding, seperti,”BERBEDA SUKU AGAMA BUKAN PENGHALANG,” Itu sudah membudaya dari nenek moyang. Itu juga yang disebut Budaya Betang.
“Rumah Betang istanaku, adat budaya jiwa ragaku,”ELA BULI MANGGETU HINTING BUNU PANJANG ISEN MULANG MANETES RANTAI KAMARA AMBU” artinya Jangan dulu berhenti berjuang sebelum berhasil.” pungkasnya
Benar kata orang kita dahulu Orang Dayak memang paling susah bersatu, kalau dalam Bahasa Dayak Ngaju amun sama aref tamam menggawi, tapi dengan utus beken diya bahanyi (Kalau sesame Dayak sok berani, tapi dengan orang luar tidak berani).
Baca Juga: Objek Wisata Religius Pantai Ujung Pandaran Hancur Akibat Abrasi
Sebelumnya akan kita perjelas dahulu, bahwa kalimat-kalimat dalam tulisan ini tidak akan membahas tentang orang-orang Dayak berkelompok atau per oknum secara sempit.
Kita akan membahas secara lebih luas, yaitu keseluruhan orang Dayak yang dihatinya atau prilakunya masih menyimpan iri, dengki ataupun berusaha menjatuhkan terhadap sesame Dayak.
FENOMENA Dayak Vs Dayak
Seperti yang kita tau dan tentu ini adalah rahasia umum, kita orang Dayak kebanyakan tidak pandai dalam berdagang, berpolitik dan belum siap bersaing dalam era globalisasi dengan kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi yang menuntut kita.
Untuk memantafkan diri dalam meningkatkan kualitas dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan kebanyakan kita orang Dayak belum siap untuk hal-hal seperti itu, kebanyak.
Alih – alih ingin memajukan SDM kita sebagai orang Dayak, kita saja masih disibukkan dengan berbagai drama internal kita sendiri. Bagaimana kita ingin bersaing dengan orang di luar sana, melihat sesama kita berhasil saja hatipun timbul rasa panas.
Padahal bukankah akan lebih baik, apabila saling memberi jalan, bukannya saling memotong jalan. Apakah ini yang dinamakan Kayau Modern?.
Orang tua kita duhulu tau bahwa mereka buruk, mereka angkuh, mereka saling mendendam, saling berperang, itulah mengapa adanya”Perjanjian Tumbang Anoi” 1894 yang dilaksanakan Damang Batu jaman dahulu.
Baca Juga: Cegah Penularan Covid-19, Bupati Kotim Tutup Semua tempat Wisata
Agar kita para anak cucu tidak hidup dalam perpecahan, melainkan persatuan, karena hidup di jaman asa kayau itu tidak mudah, atau kita ingin hidup lagi di jaman asa kayau dalam persi modern.
Tak perlu kita ubar pun semua orang luar tau dan segan dengan kita, kita semua punya darah kesatria, pemberani, kuat dan itu semua teruji oleh sejarah.
Kita semua keturunan pemimpin, kita sendiri tau akan hal itu, “Garis Darah “ tidaklah berbohong.
Kita semua tau, kita keturunan Tamanggung, Damang, Pangkalima, Dambung, Singa, Mangku dan lain-lain. Rumah panjang kita adalah saksinya, namun itu semua akan sia-sia kalau kita hanya mabuk dan terbuai dalam keangkuhan.
Karena merasa berdarah biru, namun tidak dapat mempertagungjawabkan darah yang mengalir dangkut kita, Keangkuhan, iri, dengki, cemburu, perpecahan, masih ada di diri kita.
Orang diluar sana sudah sampai kebulan, kita masih asik senggol-senggolan, alih-alih ingin memajukan adat dan budaya Dayak, kelakuaan kita saja kebanyakan masih ada yang kurang beradat”Menusuk Dari Belakang”.
Yang lebih asik lagi, kita semua teriak untuk kemajuan Dayak, tapi melihat saudara kita berusaha untuk memajukan Dayak dan berada selangkah di depan kita langsung kita sikut.
Seolah-olah,”Dayak Harus Maju!!!,”tapi yang boleh membuatnya maju hanya saya sendiri yang…
Inilah yang menjadi masalah, kita semua punya satu mimpi, namun ingin menopoli penghargaan dan tahtanya, (If you know what I mean).
Sejak jaman dahulu selalu berputar-putar disitu terus, siapapun boleh mengangkat nama Dayak itu sebuah kemajuan, dengan cara apapun, yang tentu saja positif.
Karena itu mimpi kita bersama, kalaupun kita tidak bisa membantu, setidaknya jangan potong kaki saudara kita untuk melangkah, siapapun boleh untuk mengangkat nama Dayak untuk kemajuan.
Baik itu tua, muda, pejabat, pedagang, pegawai, tokoh adat, pelajar, orang biasa, atau profesi apapun itu.
Siapapun boleh untuk mengangkat nama Dayak untuk sebuah kemajuan, baik itu anda sebagai seorang pemimpin, atau pun anda orang yang dipimpin, tak masalah apaun anda.
Karena yang terpenting, saat mimpi kita Dayak terwujud kita bisa menegakkan kepala, dan membusungkan dada, dihadapan orang-orang diluar sana.
Dan saat itulah kita bersyukur bahwa kita orang Dayak”Rumah Betang Ada Untuk Mempersatukan Bukan Untuk Memisahkan”. [*to-65]
Facebook Comments