Dinas Perikanan Kabupaten Seruyan kembangkan budidaya Ikan dengan sistem bioflok dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan dan ketahanan ekonomi keluarga.
Sebagaimana yang disampaikan Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Seruyan Halidah di Kuala Pembuang, Kabupaten Seruyan, Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) baru-baru ini.
“Kami tengah mengembangkan budidaya ikan sistem bioflok. Kita tawarkan kepada masyarakat untuk bisa dikelola ibu-ibu di pekarangan rumah,” ujar Halidah, Selasa, 14 Mei 2024.
Pihaknya juga telah menyiapkan tiga kolam bioflok dengan benih ikan nila di lingkungan Kantor Dinas Perikanan sebagai media edukasi dan percontohan pengelolaan atau pembudidayaan.
“Menurutnya, hanya dengan diameter dua hingga lima meter, masyarakat bisa memelihara ikan di pekarangan rumah, yang bisa di panen setiap tiga bulan. Rata-rata untuk satu kolam diameter dua meter diisi 200 bibit ikan.
Lanjutnya, saat ini pihaknya juga menyiapkan satu desa di Kabupaten Seruyan yang menjadi percontohan budidaya ikan melalui sistem bioflok. Desa tersebut adalah Desa Pematang Panjang.
Pihaknya akan melakukan pendampingan pembentukan tiga kelompok budidaya pada desa percontohan. Kelompok tersebut akan dibina, hingga memenuhi persyaratan mendapatkan bantuan budidaya ikan sistem bioflok dari Kementerian Perikanan.
“Kita mau percontohan tiga bioflok atau tiga kelompok di Desa Pematang Panjang. Yang mendaftar semua RT di sana. Untuk legalitas dan lainnya sebagai syarat penerima bantuan sesuai aturan Kementerian Perikanan, kita berikan pendampingan,” katanya.
Salah satu desa di Kabupaten Seruyan yang dinilai telah sukses dalam melaksanakan budidaya ikan sistem bioflok adalah Desa Sembuluh II.
Kades Desa Sembuluh II Ahmad Syukur menerangkan, saat ini pihaknya memiliki 25 kolam bioflok yang terdiri dari 10 kolam berdiameter 3 meter, tiga kolam berdiameter 4 meter dan dua kolam diameter 5 meter.
Ia menambahkan bahwa kolam tersebut dikelola oleh ibu-ibu lansia. Kemarin tahap awal baru saja panen sekitar dua hingga tiga pikul. Namun penjualan masih melalui tengkulak sehingga nilai ekonominya belum maksimal.
Pada tahun 2024 ini pihaknya menganggarkan pengembangan produk perikanan hasil budidaya sistem bioflok melalui bagian dari 20 persen dari total Dana Desa.
Kedepan pihaknya tidak akan lagi menjual ikan segar tetapi diolah terlebih dahulu menjadi produk jadi seperti kerupuk, amplang dan ikan asap.
Kemudian pihaknya juga menyiapkan BUMDes sebagai penyalur atau fasilitator produk olahan tersebut, sehingga para ibu-ibu lebih fokus berproduksi, demikian (AH)